Di Luar Nalar
“Di Luar Nalar”
Tidak tahu dari mana
datangnya dan dari mana asalnya. Hal yang jauh lebih sulit dideskripsikan
sampai saat ini. Nalar yang tak sampai. Begitulah kira-kira pernyataan yang
tepat untuk kejadian ini. Kejadian yang bahkan tidak ada dalam rencana,
kejadian yang tidak pernah terduga sebelumnya. Tempat penuh humus untuk
menyemai rasa itu telah berubah dari biasanya. Namun sayang, apa yang ditanam
di tempat humus itu tidak bisa disirami dan tumbuh menjadi tanaman yang sehat
dan berbuah, nyatanya harus segera dicabut dari tempat itu agar tidak semakin
menderita. Karena si pemilik tidak ingin menjadikan ekosistem makhluk hidup
lainnya kesusahan karenanya. Ada banyak sekali variabel dalam sebuah kehidupan
layaknya variabel independen dan dependen. Variabel yang dapat mempengaruhi dan
variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Begitulah kira-kira analoginya.
Menyukainya bukan hal
yang diinginkan, mengingat banyak variabel yang mungkin harus dijaga
keutuhannya. Tapi, di luar nalar, rasa itu muncul seketika tanpa disadari kapan
datangnya, alasan apa yang membuatku menyukainya itu tak pernah terlintas sama
sekali dalam benaku. Karena memang benar ada hal yang bisa ku kendalikan ada
juga hal yang memang tidak bisa ku kendalikan, begitulah kira-kira. Dia yang
sudah ku jadikan seperti saudara sendiri, keluarga sendiri. Apa mungkin karena
cerita-cerita orang lain tentang kebaikannya? Atau karena cara pandang dia
dalam menyikapi sesuatu? Atau kah karena hal lain? Entahlah, itu hal yang
memang aneh yang terjadi begitu saja. Tugasku sekarang membentengi diri dengan
hal-hal yang rasional.
Prinsip yang sampai
sekarang masih saya pegang adalah, bagaimana caranya agar terus bisa hidup
seperti bunglon, bisa menyesuaikan dimanapun dan dalam kondisi apapun sekalipun
dalam kondisi terburuk. Jika memang harus jujur, tak ada yang mudah dalam
segalanya, namun ketika kedewasaan muncul dalam diri, itulah sejatinya hal yang
mudah dicerna dan dimaknai serta penekanan kewajiban lebih harus didahulukan
dari pada hak. Hak menyukainya tentu boleh-boleh saja, tapi jangan melampaui
batas. Ingat dengan kewajiban lainnya. Tunaikan kewajiban dengan sebaik
mungkin, maka hak akan didapatkan sepenuhnya. Jangan membencinya pun dengan
orang-orang disekitarnya, karena tidak ada yang salah dengan meraka. Yang harus
selalu kau tanamkan dalam hatimu. Selalu berbuat baiklah tanpa alasan apapun. Biarlah
hal itu menjadi bumbu dalam proses perjalanan hidup, karena semua rentetan
kejadian bukan terjadi secara kebetulan, tapi sudah ada dalam garis takdir-Nya.
Tinggal bagaimana cara kita sebagai manusia memaknainya.
Allah selalu memegang
kendali untuk segala hal yang tidak bisa kita mengerti. Bersabarlah karena itu
pengharapanmu, berdoalah selalu karena itu sumber jawabanmu dan berusahalah
karena itu pilihanmu. Ceritamu masih belum selesai, masa depan yang indah pasti
datang dan sedang menanti. Jadilah orang yang bijak bukan orang yang egois. Hak
dan kewajiban selalu bersanding dan berdampingan, maka tunaikan dulu kewajiban
sebelum kita mendapatkan hak. Tak semua yang menjadi hak kita dapat kita
nikmati dan rasakan. Berbeda dengan kewajiban. Kewajiban haruslah tetap
ditunaikan sekalipun diluar kendali kita sebagai manusia.
Seperti jam tangan yang
menjadi pengingat waktu yang mengingatkan bahwa setiap detik dalam kehidupan
itu sudah terjadwal dan tertulis dalam script sesuai skenario-Nya, pun
dengan kaki yang bisa terus melangkah ke tempat yang ingin dituju tak lantas
kaki tersebut bisa dengan segera dilangkahkan, bahkan bisa saja belok ke tempat
yang bukan menjadi tujuan si pemilik kaki, karena apa? Karena rencana manusia
hanyalah sebuah rencana, tetap Allah yang menjadi penggerak utama. Mungkin
waktu dan tempat itu bukan keinginan si pemilik jam dan juga kaki, akan tetapi
hasilnya sudah tentu akan baik karena si pemilik semuanya tahu segalanya
tentang dirinya, kehidupannya dan juga takdirnya. Semua akan dihadapkan pada
pilihan-pilihan yang sebenarnya tidak ingin dia pilih tapi secara bersamaan
tidak ada pilihan lain. Rentetan kejadian dalam sebuah kehidupan sudah pasti
mengandung makna dan hikmah tersendiri tergantung bagaimana si aktor dan aktris
di panggung sandiwara (dunia) ini menyikapinya.
Jangan sampai kau
dikalahkan oleh ego sendiri. Kau berdoa untuk meminta yang terbaik, tapi disaat
Allah datangkan yang terbaik. Engkau berkata “sepertinya aku mampu untuk
mendapatkan yang lebih baik lagi” hingga takdir menyadarkanmu akan sebuah
kehilangan. Begitulah ego dengan kuasanya mengalahkan rasa syukur. Jika fisik
menjadi tolak ukur dari sebuah cinta, maka tidak heran jika mata yang menjadi
peluru pemburu selera dan pemuas rasa. Namun, jika akhlaq yang menjadi kriteria
dan agama sebagai pondasi prinsip membangun cinta, maka mata hanya akan membuat
mereka menundukkan pandangan karena terjaganya keimanan. Tetaplah percaya diri
menjadi diri sendiri, tak usah bersekspektasi tinggi terhadap semua orang yang
akan menyukai karena suka atau tidak itu tergantung bagaimana mereka
mempergunakan kacamata hati.
Orang yang mencintai
dalam diam itu tidak serta merta kalah dalam memperjuangkan, sebenarnya dia menang
satu langkah, sebab yang pertama kali dia jumpai bukan orang yang dia cintai
dan langsung mengutarakan maksud yang mengganjal di hatinya. Tapi yang dia
jumpai adalah Allah sang pemilik segalanya. Setalah dia yakin sekalipun
jawabannya tidak sesuai, setidaknya dia menempuh jalur yang baik dan Allah
ridhai. Selebihnya tidak ada pengharapan apapun selain ketetapan-Nya yang jelas
jauh lebih indah. Dia yang mendoakan lebih baik daripada dia yang memberikan
kata-kata mesra nan manis. Dia menitipkan nama yang meresahkan hati itu di ujung
langit agar tidak terjamah oleh dirinya sendiri karena dia tidak berani untuk
melakukan hal itu. Dia hanya bisa berserah dan juga melangitkan doa-doa terbaik
yang dia bisa.
Dia mengatakan dalam
dirinya, biarkan mereka berpacu mengejarnya, aku lebih memlih sibuk belajar dan
taat, jika dia jodohku, mereka bisa apa? Sebaliknya, jika aku mendekatinya
menjalin hubungan dengannya, jika dia berjodoh dengan yang lain, aku bisa apa? Itulah
mengapa tak ada yang jauh lebih baik daripada membebaskan segala hal dalam hidup
yang diluar kendali manusia. Dia pun berprinsip jika seseorang yang dia suka
pada akhirnya hanya memandang fisik, maka tolong dijauhkan sejauh-jauhnya dan
gantikan sesuai pilihan-Nya bukan pilihan hatinya. Tahajudlah! Jumpai Allah,
sampaikanlah semua harapanmu dan raih segalanya dengan ridha-Nya. Duduklah di
atas sajadah lebih lama, baca Al-Quran dengan tenang, tadahkan tanganmu kepada
Allah. Bisa jadi selama ini yang menyesakanmu adalah perihal hati, fisikmu
baik-baik saja, tapi hatimu gelisah dan kadang tak lagi bersemangat.
Wanita jangan mudah
bawa perasaan, meski lelaki terlihat baik dan datang kepadamu, tidak lantas kau
dengan gampang menyukainya. Dia baik karena orang tuanya mendidiknya dengan
sangat baik agar dapat memperlakukan semua makhluk hidup dengan baik. Cueklah untuk
hal-hal yang tidak perlu, itu semua demi melindungi dirimu, sebab perasaan itu
licin, tanpa sadar kau sudah suka dengan seseorang. Kalau sudah suka, maka
peluang buta besar, buta akal, buta pikiran, buta syariat, akhirnya
dikecewakan, direndahkan, diremehkan. Maka hindari hal-hal seperti itu. Olah rasa
dengan baik, jatuhkanlah hatimu yang sesunggunya kepada dia yang akan
membersamaimu kelak.
Orang bijak bilang. Orang
besar punya hati, yaitu hati yang siap merasakan sakit dan hati yang selalu
terjaga untuk selalu belajar. Rasa sakit dan luka itu bukan untuk jadi
pembenaran bagi kita untuk menjadi orang buruk. Luka itu ada, agar kita tahu
bahwa berharap pada manusia itu sering sia-sia. Jangan jadikan luka yang
menderamu membuatmu jadi orang yang tak kau inginkan. Selalu bijaklah dalam
menanggapi semua hal dan selalu ingatlah bahwa semua bukan maunya manusia
melainkan maunya Allah sebagai pemegang skenario.
Kalau dipikir-pikir,
memang hidup itu baru terasa momen indahnya justru ketika rencana kita tidak
sesuai dengan realita. Kenapa? Di situ, kita akan diajak untuk berpikir keras,
membuat rencana baru, menempuh jalur yang bahkan tak pernah terpikirkan
sebelumnya. Dan itu menjadi sebuah kenangan yang sangat kuat. Jika memang hidup
kita tidak sesuai dengan rencana dan juga harapan kita, Alhamdulillah. Namun jika
satu waktu Allah beri takdir lain yang di luar ekspektasi, tandanya sedang
disiapkan satu jalan istimewa. Yang indah diganti lebih indah. Yang dikira baik
diganti dengan yang benar-benar baik.
Ketika Allah belum
menjawab doa kita, sebenarnya Dia sedang menguji kesetiaan kita. Mengapa demikian?
Karena jika dengan mudah Allah memberikan jawaban atas doa-doa itu, maka tak
akan ada sebuah proses yang dinamakan usaha dan sabar yang nantinya akan
melahirkan tawakal. Allah sengaja belum jua menjawab semua doa-doa itu bukan
karena Dia tak mampu, melainkan Dia ingin yang terbaik untuk kehidupan kita dan
juga Dia sedang mengukur seberapa besar rasa setia kita terhadap Sang Pencipta.
Allah yang pegang semua kendali hidup
manusia, jangan mengkhawatirkan hal-hal yang bukan menjadi ranah kita. Sekalipun
proses yang diberika Allah tak nyaman untuk kita, tapi yakinlah semua tujuannya
untuk kebaikan kita. Apapun yang Allah berikan kepada kita hari ini, itu adalah
Rahmat yang diberikan kepada kita. Bersyukurlah! Karena setiap musim itu ada
waktunya, begitu juga dengan persoalannmu, percayalah akan selalu ada jalan
keluar. Seperti ceritamu yang belum selesai, masa depan yang indah sedang
menanti. Allah belum selesai menulis kisah hidupmu. Percayalah bahwa Allah
dapat sembuhkan segala macam luka dalam hidupmu dan menggantikannya dengan
berbagai sukacita yang berkelimpahan. Dia akan mengirimkan sosok yang tulus,
nyata, saling menghargai, dan tentunya mengirimkan sesuai dengan kebutuhan
dunia dan akhiratmu, karena Allah selalu memegang kendali untuk segala sesuatu
yang memang benar-benar tidak bisa kita mengerti.
Aku
ikhlas dengan apapun yang terjadi kemarin. Bakan saat ini, aku telah menyikapi
hati yang lapang dan berserah untuk apapun yang akan terjadi mendatang. Karena kisah
itu tidak menyeramkan dibandingkan dengan kisah perginya ruh yang meninggalkan
jasadnya, sedangkan jasadnya lalai dalam beribadah. Menyedihkan sebab tidak
mungkin akan kembali dan menyeramkan sebab jalannya sangat sulit dan
menyakitkan. Jadi, mari bersiap berlomba dalam hal kebaikan, menjadi manusia
yang bermanfaat. Jodoh dan maut selalu bersanding dan berbanding lurus satu
sama lain. Jangan merasa masih muda kita bisa seenaknya lalai dengan kewajiban
kita sebagai manusia, karena maut tak kenal usia, azal bisa datang kapan saja,
dimana saja dan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Jadi, jangan bersantai
dalam mengumpulkan pundi-pundi kebaikan untuk bekal yang cukup dalam
menghap-Nya. Kenikmatan dunia itu fana, hal yang tidak kekal abadi. Mari terus
berproses di panggung sandiwara ini dengan sebaik-baiknya sebelum kembali
pulang ke tempat asal kita.
The World is Full of Perfect Plans
Cianjur, 12 Juni 2022
Dera Sulastri
Komentar
Posting Komentar